Pendekatan ‘Deep Learning’
Antara Percepatan dan Kebermaknaan Pembelajaran
*) Oleh Muhammad Zaini
07 Apr 2025 20:30 WIB· Artikel
Pendidikan selalu akan menghadapi tantangan perubahan dahsyat. Sebuah keniscayaan, jika pendidikan mengalami dinamika begitu rupa, karena terus berjalin kelindan dengan dinamika kemajuan dan perkembangan teknologi. Proyeksi pembelajaran di sekolah sebagai ruh pendidikan, juga harus beriring dengan derap langkah perubahan yang tidak berhenti mengalir deras.
Setiap perubahan harus disikapi sebagai sebuah kebutuhan zaman, bukan dinilai sebagai sensasi yang sekadar ingin tampil beda. Dalam setiap suksesi kepemerintahan, di negeri ini selalu ada sorotan publik bahwa kurikulum sekolah berubah karena pergantian menteri pendidikan, yang secara politis menjadi perpanjangan tangan presiden.
Padahal, perubahan sejatinya menjadi bagian dari dinamika kehidupan, yang terkadang menghadirkan sebuah pendekatan baru sesuai dengan tuntutan perubahan yang dihadapi. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) juga memberikan amanah penting , bahwa pendidikan di Indonesia harus berkembang dan beradaptasi dengan berbagai tantangan zaman.
Prinsipnya, pendidikan sebagai investasi masa depan harus responsif terhadap setiap gejala perubahan zaman. Di samping itu, pendidikan harus mampu mendorong perubadan secara signifikan dan akomodatif terhadap setiap gerak kemajuan. Teknologi digital yang menjadi tren globaliasi masa kini, tentu menjadi tantangan berat untuk menghadirkan pendekatan baru yang lebih relevan.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum sekolah selalu menjadi perbincangan hangat sebagai ranah dan objek perubahan. Hal ini harus dipahami sebagai sebuah kewajaran. Mendikdasmen, Abdul Mu’ti akan akan menerbitkan kebijakan baru terkait dengan pendekatan pembelajaran, tanpa mengubah substansi kurikulum yang sedang berjalan.
Ini adalah sebuah langkah bijak Mendikdasmen yang terus ingin mendorong guru melakukan perubahan sesuai porsi kebutuhan yang diinginkan. Dalam hal ini, Mendikdasmen menawarkan ‘Deep Learning’ sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran. Dengan pendekatan ‘deep learning’ ini, guru diharapkan mampu menghadirkan pemahaman mendalam sampai pada titik kemampuan menghadirkan kebermaknaan pembelajaran.
Abdul Mu’ti terinspirasi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Kanada, China dan Inggris yang telah berhasil menggunakan pendekatan ‘deep learning’ dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, pertahanan, hingga ekonomi digital. Amerika mengalami perubahan besar, karena menjadi pelopor riset dan penerapan ‘deep learning’.
OpenAI, Meta, Microsoft, Amazon, dan NVIDIA adalah deretan produk Amerika yang menjadi ‘brand global’ yang memenuhi kebutuhan manusia sedunia sesuai eranya. Diakui, deretan produk ini menjadi kebutuhan zaman yang tidak dapat dibendung, karena menyatu dengan tuntutan perubahan yang dihadapi oleh manusia sebagai genaresi digital di era global.
Saat ini, Amarika dengan segala bentuk kemajuan yang dimiliki, benar-benar melampaui negera-negera maju lainnya. Negara Jepang yang juga termasuk kategori negara maju, memiliki keunggulan yang lebih spesifik. Penggunaan ‘deep learning’ di Jepang lebih pada pengembangan teknologi robotik untuk membantu dan mengefisiensi tenaga manusia. Peran teknologi robot di Jepang hampir menggantikan peran-peran penting ketenagaan.
Tantangan Percepatan dan Kebermaknaan
Indonesia baru akan memulai menggunakan pendekatan ‘deep learning’ di sektor pendidikan. Tentu ini sebuah teroboson strategis Kemendikdasmen, bagaimana pendekatan ‘deep learning’ dengan segala tantangan yang akan dihadapi, dapat berjalan optimal sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran. Guru pun pasti menghadapi tantangan yang tidak ringan, antara melakukan percepatan untuk mengejar ketertinggalan, dan menghadirkan kebermaknaan dalam pembelajaran.
Kebermanaan dalam pendekatan ‘deep learning’ adalah menjadi tujuan utama. Murid dengan pemahaman yang mendalam terhadap objek materi yang dipelajari harus mampu mengaitkan dengan pengalaman yang dihadapi. Kemudian, merelevansikan dengan realitas nyata, sehingga pembelajaran benar-benar dapat dirasakan kebermaknaannya secara signifikan dalam ruang lingkup kehidupan dan lingkungan mereka.
Itulah yang disebut ‘meaningful learning’ yang harus menjadi salah satu capaian pembelajaran dengan pendekatan ‘deep learning’. Dalam konteks ini, guru harus berpikir kritis untuk menyiapkan pembelajaran dengan baik, agar murid terdorong melakukan pengembangan diri dan peningkatan pemahaman mendalam. Diharapkan, murid dalam interaksi pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
Guru dalam penerapannya harus banyak menggunakan strategi studi kasus, diskusi mendalam, dan penerapan konsep materi yang dikontekstualisasi dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini, pendekatan ‘deep learning’, harus mengupayakan pengalaman belajar bagi murid (experiential learning). Hal itu untuk menumbuhkan pemahaman konseptual, keterampilan berpikir kritis, dan penerapan pengetahuan secara praktis dalam kehidupan.
Dalam rangka tujuan tersebut, guru harus bertindak sebagai motivator dan konselor, agar murid terus dibangkitkan motivasinya untuk memiliki kesadaran belajar penuh, berupa bentuk perhatian dan kefokusan terhadap materi yang dipelajari. Disini, murid dituntut terlibat secara sadar dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasilnya dapat maksimal dan mendalam. Itulah ‘mindful learing’ yang meniscayakan pembelajaran dengan kesadaran penuh.
Dalam hal ini, murid harus terasah dengan serius untuk menangkap makna pembelajaran, sehingga dibutuhkan kesadaran belajar sangat tinggi. Langkah selanjutnya, guru harus tampil dengan penuh menyenangkan dengan persiapan yang matang dan maksimal. Pembelajaran ‘joyful learning’ penting dihadirkan sebagai salah satu cara menciptakan pengalaman belajar yang positif dan memotivasi.
Murid dapat bangkit daya tarik belajarnya, dengan penyajian pembelajaran yang penuh menyenangkan. Guru dan murid terlibat bersama-sama dalam interaksi pembelajaran dengan penuh rasa antusiasme. Guru berupaya menjadi ‘role model’ dengan penyajian pembelajaran yang ‘joyful learning’. Murid membangun kolaborasi diri dengan baik, dalam desain pembelajaran yang eksploratif dan penuh interaktif. Sedikit pun tidak ada sekat, sehingga tujuan pemahaman mendalam dan pengalaman belajar tercapai dengan baik.
*) Muhammad Zaini, Penulis, pendidik dan penggerak literasi, tinggal di Pamekasan.