Kartini dan Perannya yang Membumi
*) Oleh Muhammad Zaini
21 Apr 2025 21.49 Wib. Refleksi
Kartini dikenal sosok perempuan pejuang. Jejak langkahnya dikenang sebagai pahlawan nasional Indonesia yang gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Dia juga adalah perempuan pertama di tanah jawa yang memperjuangkan kaum perempuan dapat mengenyam pendidikan tinggi. Kepribadiannya sangat dekat dengan masyarakat akar rumput. Sosoknya sangat mengayomi, khususnya bagi kaum perempuan.
Kartini dilahirkan 21 April 1879 di Jepara Jawa Tengah. Dia dibesarkan di lingkungan bangsawan, di mana ayahnya seorang Bupati di Kabupaten Jepara pada tahun 1880. Sejak sekolah dasar, dia mendapatkan fasilitas pendidikan istimewa, karena satu-satunya anak pribumi yang diizinkan mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Eropa pada zamannya.
Kartini sejak kecil sudah tampak anti kemapanan. Setelah remaja dia sudah menghadapi tantangan di lingkungan keluarganya. Pada saat Kartini usia 13 tahun dan ia hendak melanjutkan jenjang pendidikan ke HBS (Hindia Belanda School) di Semarang, ia mendapat larangan dari ayahnya, karena harus menjadi putri bangsawan sejati, dengan mengikuti adat istiadat yang berlaku.
Namun Kartini remaja menolak pilihan orang tuanya, dan dia berketugahan hati untuk menjadi perempuan pembelajar. Sebagai putri bangsawan, Kartini tetap tidak putus asa, meski dia berada di bawah tekanan dan kondisi pingitan yang membelenggu alam pikirnya. Ia memberontak karena merasakan ketidakadilan, sehingga dia mempertahankan cita-cita besarnya sebagai pelopor kemajuan perempuan di kalangan bangsawan.
Pada situasi itu, Kartini belajar banyak hal dan menikmati buku-buku bacaan untuk memperluas cakrawala berpikirnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah, menulis catatan-catatan kecil, surat menyurat, sampai mempelajari dan memahami pemikiran emansipasi wanita di belahan dunia. Akhirnya, Kartini menemukan sebuah prinsip tentang cikal bakal pengjawantahan kesetaraan di kalangan kaum perempuan.
Pejuang Kesetaraan Perempuan
Kemanusiaan oleh Kartini sangat dijunjung tinggi. Dia menepikan tradisi feodalistik, dengan meninggikan prinsip kesetaraan. Perubahan ke arah yang humanistik terus ia perjuangkan. Ia pantang menyerah dan selalu menjadi perempuan idaman yang progresif. Alam pikirnya tercerahkan, mencerahkan dan menginspirasi kaum perempuan. Seiring waktu ia menyertai jejak langkah ayahnya dalam kedinasan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di Belanda, meski akhirnya gagal.
Di tengah kegagalan itu, Kartini terus berjuang tanpa mengenal putus asa. Ia sampai diuji sakit dan tekanan batin sambil melakukan perenungan mendalam. Kemudian ia menjaga relasi-relasinya tetap terbangun dengan baik, dan dia tidak ingin berlarut dalam kesedihan, akhirnya RA Kartini terinspirasi mendirikan sekolah untuk anak perempuan, yang diberi nama Sekolah Kartini. Saudarinya, Rukmini yang menyertai perjuangannya untuk mendirikan sekolah tersebut.
Di sini Kartini melakukan pergerakan untuk memberdayakan kaum perempuan. Pendidikan menjadi jendela perjuangannya. Dia menorehkan banyak karya, mulai dari menulis surat-surat sampai melahirkan pemikirannya dalam sebuah buku, berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kartini tiada henti mengkampanyekan pemikiranya tentang pendidikan anak perempuan di tanah jawa. Ia berpandangan, bahwa kaum perempuan dan kaum laki-laki harus setara dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Luar biasa, gagasan dan jiwa Kartini yang menembus batas ruang dan waktu harus dibatasi oleh usianya yang sangat pendek. Dia harus menghembuskan nafasnya yang terakhir pada 17 September 1904, empat hari pascamelahirkan putra tunggalnya, Raden Mas Soesalit. Dari kelahirannya 21 April 1879, maka ia wafat genap usia 25 tahun.
Usia Kartini memang pendek, tetapi ide dan karyanya hingga kini dikenang harum semerbak. Perannya untuk bangsa sangat besar. Ia sebagai inspirator kaum perempuan. Jika kaum perempuan saat ini dapat mengenyam pendidikan hingga dapat meniti karir, maka semua itu tidak lepas dari peran Ibu kita Kartini. Sungguh Kartini menjadi panjang usianya karena perannya yang sangat penting. Pada setiap 21 April, namanya disebut-sebut oleh seluruh anak bangsa, karena sosoknya yang membumi dan penuh sejarah. Semoga bermanfaat.
*) Muhammad Zaini, Guru, Penulis dan Pecinta Literasi.