Hari Anak Nasional dan Peran Sekolah dalam Menanamkan Nilai Cinta Tanah Air

*) Oleh Muhammad Zaini
Rabu, 23 Juli 2025 | 15.56 WIB | Refleksi

Rabu pagi, 23 Juli 2025, halaman SD Negeri Candi Burung 2 Proppo, Pamekasan, memancarkan suasana penuh semangat dan optimisme. Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, pihak sekolah menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif dan rekreatif yang dirancang sederhana, namun menyentuh dimensi emosional dan sosial anak. Suasana itu menegaskan satu hal, bahwa sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga ruang tumbuh yang membentuk karakter dan harapan.

Rangkaian kegiatan diawali dengan senam sehat yang dipandu oleh Bapak Imam Wahdani Amrullah, S.Pd., guru olahraga yang telah mengenal betul dinamika tubuh dan semangat anak-anak. Aktivitas fisik ini bukan hanya sarana menjaga kebugaran, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarsiswa. Seusai senam, lantunan lagu-lagu nasional mengalun dari barisan siswa, disuarakan secara kolektif, penuh penghayatan. Pada momen itu, ruang sekolah menjelma menjadi arena penanaman nilai kebangsaan melalui ekspresi musikal yang bersifat partisipatoris.

Ibu Hufifah Filayani, S.Pd.SD, memimpin sesi menyanyi sebagai dirigen. Dalam perannya, beliau tidak hanya mengatur irama, melainkan juga menjadi penghubung antara anak-anak dan nilai-nilai perjuangan yang terkandung dalam syair lagu. Lagu menjadi medium pembentukan identitas nasional sekaligus ekspresi kebanggaan kolektif. Usai bernyanyi, suasana ditundukkan dalam kekhusyukan saat doa dipanjatkan oleh guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Muhammad Zaini, S.H.I., M.S.I. Sebuah pengingat spiritual bahwa pendidikan anak juga berkaitan erat dengan nilai religiusitas dan bimbingan moral.

Kegiatan ditutup dengan pesan singkat dari Kepala Sekolah, Bapak Setyo Wahyudi, S.Pd.SD, yang menekankan pentingnya menjaga semangat belajar, rasa hormat kepada guru, serta kepedulian kepada sesama. Dalam penyampaiannya, terlihat bahwa pendidikan karakter merupakan pilar utama yang terus ditanamkan di sekolah ini. Hari itu tidak berhenti pada simbolisme seremoni, tetapi menjadi ruang afirmasi bahwa anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dalam atmosfer cinta, pengakuan, dan nilai-nilai luhur kebangsaan.

Dari perspektif pendidikan anak usia dasar, momen ini berperan sebagai instrumen pedagogis non-formal yang sangat penting. Kegiatan seperti ini memperkaya proses pembelajaran yang selama ini cenderung akademik dan kognitif. Anak-anak dilibatkan dalam aktivitas sosial yang menyentuh ranah afektif—melatih empati, kebersamaan, dan rasa memiliki terhadap komunitasnya. Dalam kerangka teori pendidikan holistik, apa yang dilakukan oleh SD Negeri Candi Burung 2 sejalan dengan prinsip pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih dari sekadar memperingati Hari Anak Nasional, kegiatan ini mencerminkan visi sekolah dalam memandang anak sebagai subjek aktif pendidikan, bukan sekadar objek pembelajaran. Guru dan staf bukan bertindak sebagai pengarah satu arah, melainkan hadir sebagai fasilitator yang setara. Mereka terlibat dalam kegiatan bersama siswa, menyanyi, tertawa, bahkan berbagi peluh. Relasi yang terbangun adalah relasi yang partisipatif, kolaboratif, dan emosional, yang memberi ruang aman bagi anak untuk berekspresi dan merasa dihargai.

Menariknya, di sela kegiatan, muncul percakapan kecil yang bermakna dari para siswa tentang cita-cita mereka. Ada yang ingin menjadi guru, dokter, hingga pilot. Mimpi-mimpi yang lahir dari ruang sederhana itu menandakan bahwa proses pendidikan bukan hanya tentang pencapaian hasil belajar, melainkan juga tentang bagaimana sekolah menyalakan dan menjaga api harapan dalam diri setiap anak. Di sinilah pentingnya peringatan seperti Hari Anak Nasional, sebagai ruang simbolik dan nyata untuk membangkitkan keyakinan bahwa masa depan mereka adalah sesuatu yang layak diperjuangkan bersama.

Dengan latar desa dan segala keterbatasannya, SD Negeri Candi Burung 2 Proppo menunjukkan bahwa pendidikan yang bermakna tidak ditentukan oleh kemewahan fasilitas, melainkan oleh semangat kolektif, cinta terhadap anak-anak, dan komitmen terhadap nilai-nilai utama. Sekolah menjadi medan penempaan karakter bangsa, dan hari itu semangat anak tumbuh dalam kesederhanaan yang penuh makna.

*) Muhammad Zaini adalah Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Candi Burung 2 Proppo, Pamekasan.