Membentuk dan Membangun Perilaku Mulia
*) Oleh Muhammad Zaini
30 Apr 2025, 10.55 Wib. Artikel
Pendidikan selalu beririsan dengan kedisiplinan, perilaku mulia dan keteladanan yang tinggi. Guru paling tidak harus mencerminkan tiga hal tersebut untuk menjadi pioner bagi para murid di lingkungan sekolah masing-masing. Kedisiplinan mencakup beberapa hal, antara lain, kehadiran ke sekolah, kepatuhan terhadap peraturan, keterlibatan dalam pembelajaran dan kegiatan-kegaitan sekolah secara aktif. Murid yang disiplin merupakan cerminan dari guru yang disiplin. Tidak mungkin kedisiplinan murid di sekolah terbentuk dengan baik, jika guru-gurunya abai dan tidak taat peraturan.
Dalam hal kedatangan ke sekolah, guru harus berupaya hadir lebih pagi dari pada murid-muridnya. Guru semestinya pantang datang terlambat, karena akan menjadi kebiasaan buruk yang dilihat setiap hari oleh murid. Menjadi guru berarti siap menjadi pribadi yang menjadi sumber teladan bagi murid di sekolah. Bahkan guru harus selalu terdepan dalam setiap peran, agar berdampak pada kebiasaan murid dalam penbentukan karakter positif. Hal yang mengalami krisis saat ini, adalah lemahnya keteladanan yang baik dari seorang guru, sehingga murid sulit untuk menghadirkan perilaku mulia.
Aspek keteladanan ini tidak bisa dilakukan secara parsial dan personal. Semua hal positif di sekolah harus digerakkan secara kolektif. Tidak mungkin keteladanan hanya dilakukan oleh seorang secara individu, namun perlu digerakkan secara struktural yang diperkuat oleh sebuah sistem, sehingga semua guru membentuk satu kekuatan keteladanan secara masif. Maka dampaknya pasti akan maksimal, dan murid akan mudah menyerap nilai-nalai kebaikan yang terejawantah dalam perilaku mulia sehari-hari.
Ketika ada murid yang menyimpang secara moral, maka ia akan mudah mendapatkan bimbingan, arahan dan nasihat untuk mengubah perilakunya menjadi lebih baik. Jika ini menjadi sebuah gerakan sistem, maka pasti berdampak pada pembelajaran di kelas semakin kondusif. Murid akan menyadari bahwa berada di lingkungan sekolah terikat oleh sebuah peraturan yang harus ditaati. Dengan kesadaran itu, karakter murid akan mudah terbentuk, yang dapat dipantau secara terukur dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.
Penanaman nilai karakter di sekolah merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang tidak dapat diabaikan. Tujuannya tidak lain yaitu, membentuk kepribadian murid yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan berintegritas. Berbagai kegiatan di sekolah seperti, intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, harus ada tujuan menanamkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja sama dan kepedulian. Proses ini harus dilakukan secara terpadu melalui pembiasaan positif, keteladanan guru, pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, serta penguatan budaya hidup berkarakter di sekolah.
Dengan demikian, murid tidak hanya bertumbuh dan berkembang secara intelektual, tetapi juga secara moral dan sosial, sehingga mereka benar-benar siap menjadi generasi penerus yang unggul dan berkarakter. Pendidikan semacam ini yang didambakan oleh banyak orang tua. Murid di sekolah benar-benar merasakan proses edukasi positif yang dapat mengembangkan mereka secara kognitif dan meningkatkan perilaku mulia dalam setiap gerak dan langkah sehari-hari.
Kemudian, murid juga harus dipacu aspek perkembangan sosialnya, agar selaras dengan pembentukan karakter saat di sekolah. Dalam proses interaksi sosial, murid didorong untuk belajar berkomunikasi, bekerja sama, dan menghargai perbedaan. Dalam setiap interaksi, murid tidak boleh mengabaikan nilai-nilai karakter yang telah ditanamkan. Sekolah berperan sebagai lingkungan yang membimbing murid untuk dapat bersosialisasi secara sehat, tanpa terpengaruh oleh perilaku negatif dari luar. Dengan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan bersosialisasi dan penguatan karakter, murid diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang mampu bergaul luas, dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang kokoh.
*) Muhammad Zaini, Guru PAI SD Negeri Candi Burung 2