Karena Dunia Tanpa Buku Sirna


*) Oleh Muhammad Zaini
23 Apr 2025 07.47 Wib. Opini


Buku merupakan ilustrasi dunia. Tanpa buku dunia akan sirna. Buku adalah deretan kata-kata yang menggugah pembaca untuk membuka cakrawala. Buku ibarat rumah adalah pintu-pintu untuk membuka ruang-ruang kosong. Pada bagian pintu itu, ada jendela yang berfungsi sebagai ventilasi untuk memungkinkan sinar mudah menerangi. Buku adalah jendela ilmu, yang dapat menyinari jalan-jalan kegelapan.


Rabu, 23 April 2025 menjadi momentum penting untuk merefleksikan peringatan buku sedunia. Buku, dalam berbagai bentuknya, seiring waktu dan zamannya, membuka peluang bagi siapapun untuk membaca, memahami, serta memaknai dunia. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yang pertama kali menetapkan hari buku sedunia 23 April 1995, karena ingin mengenang para penulis buku yang berhasil mengharumkan dunia.


Catatan para penulis itu, adalah William Shakespeare, Miguel de Cervantes dan Inca Garcilaso de la Vega. Mereka meninggal tepat pada 23 April, 1616. Khusus Miguel de Cervantes, ia meninggal pada hari sebelumnya, selasa 22 April, 1616. Sungguh sebuah kebanggaan bagi UNESCO, deretan nama para penulis buku yang berhasil mewarnai dunia pada zamannya. Pengaruh dari sebuah buku, tidak akan pernah lekang oleh waktu. Dampaknya melampaui zaman, hingga tidak terbatas ruang dan waktu. 


UNESCO merupakan sebuah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berkantor pusat di Paris, Prancis. UNESCO memiliki 195 negara anggota dan lebih dari 50 kantor regional di seluruh dunia. Akar sejarah UNESCO lahir pada saat Indonesia merdeka tahun 1945. Betapa UNESCO telah menjadi pelopor dunia yang membanggakan buku sebagai jendela dunia. Buku sepintas menjadi sobekan kertas yang disusun rapi, tetapi ungkapan kata demi kata di dalamnya sangat penuh makna dan menggugah dunia.


Negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika dan yang negara maju lainnya, menempatkan buku sebagai awal dari upaya untuk menggenggam dunia. Sampai kini, buku berubah bentuk menjadi serpihan-serpihan digital yang mudah diakses di manapun. ChatGPT sebagai salah satu produk AI milik Amerika dapat menelusuri berbagai disiplin ilmu, karena buku dikreasi dan didesain disesuaikan dengan kebutuhan zamannya. AI terbukti mempermudah siapapun yang memerlukan akses ilmu pengetahun dengan cepat.


Ini adalah satu satu contoh bahwa buku dapat berubah bentuk menjadi platform digital, yang tetap mampu membangkitkan dunia. Saat ini peradaban ilmu menjadi lebih simpel dan dunia benar-benar berada dalam genggaman tangan. Lagi-lagi, buku dengan berbagai variannya, tidak akan pernah terhapus di tengah dunia yang semakin canggih, bahkan buku selalu menemukan bentuknya yang relevan. Semula buku ditulis menggunakan tablet yang terbuat dari tanah liat. Kemudian beralih menggunakan papyrus, dan berkembang sampai saat ini berubah bentuk menjadi kecerdasan AI yang membanggakan. 


UNESCO dengan penetapan hari buku yang terus diperingati setiap tahun, telah berhasil menginspirasi dunia. Buku bagaimana menjadi bacaan harian yang menyenangkan. Pegiat buku di berbagai belahan dunia terus menemukan eksistensinya dan menjadikannya sebagai pelita ilmu dalam setiap menemui jalan buntu dan gelapnya pikiran yang kerap kali terbelenggu. Dunia akan selalu tersenyum dengan lembaran buku yang siap baca. Hidup pun akan lebih bermakna, karena buku mampu bertahan menjadi cermin dunia.  


Manusia dengan peradabannya yang terus berkembang, akan semakin menemukan jalan-jalan terang, karena buku yang selalu ada di genggaman tangannya. Generasi digital di masa depan sebagai penerus dan pelestari buku akan bersinar, jika buku menjadi genggaman digital yang menghiasi hari-harinya di tengah era AI yang menggurita.

*) Muhammad Zaini, Penulis, Pendidik dan Penggerak Literasi.