PPG PAI Batch-1 Menjawab Tantangan Profesionalisme Guru Agama Islam di Era Abad 21
*) Oleh Muhammad Zaini
18 Juli 2025 10:30 WIB· Artikel
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan bagian dari reformasi sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk memastikan bahwa para pendidik di Indonesia memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang unggul. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), PPG bukan hanya sekadar proses sertifikasi semata, melainkan sebuah transformasi menyeluruh terhadap kapasitas dan identitas guru PAI sebagai pendidik dan penjaga nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan. Melalui program PPG, guru PAI diposisikan sebagai agen perubahan (agent of change) yang memiliki peran strategis dalam membangun karakter peserta didik di tengah arus tantangan zaman yang semakin kompleks.
Kementerian Agama Republik Indonesia, sebagai lembaga yang menaungi guru PAI, telah menunjukkan komitmen luar biasa melalui penyelenggaraan PPG PAI Batch-1 2025 secara nasional. Program ini memberi peluang besar bagi para guru untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan melalui sertifikasi pendidik, sekaligus menjadi sarana penguatan kapasitas profesional dalam menjalankan tugas keagamaan dan sosial. Hasil yang menggembirakan dari PPG PAI Batch-1 2025, dengan tingkat kelulusan mencapai 99,35%, mencerminkan antusiasme dan keseriusan guru-guru PAI dalam mengikuti program ini. Sebuah capaian yang sangat membanggakan untuk menjadi harapan baru bagi masa depan pendidikan agama di Indonesia.
Di tengah dinamika globalisasi, krisis identitas, serta tantangan moral yang semakin terbuka lebar akibat penetrasi budaya digital, peran guru PAI menjadi semakin krusial. Guru agama dituntut untuk dapat menjelaskan ajaran Islam secara kognitif, sekaligus juga harus mampu menanamkan nilai-nilai Islam secara aplikatif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Oleh karena itu, profesionalitas guru PAI yang ditopang oleh program PPG harus dimaknai sebagai amanah untuk senantiasa mengembangkan diri, mengadaptasi metode pembelajaran yang relevan, serta memperkuat komunikasi spiritual dan sosial dengan peserta didik.
Kebutuhan pendidikan yang berbasis nilai, kini semakin nyata. Peserta didik bukan hanya dituntut untuk unggul secara akademik, melainkan juga untuk kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial yang tinggi. Di sini, pendidikan agama Islam memainkan peran penting sebagai jangkar nilai, pembentuk akhlak, dan peneguhan etika dalam menjalani kehidupan modern. Guru PAI sebagai pelaksana langsung pendidikan, harus mampu menjawab tantangan zaman dengan pendekatan yang inovatif, dengan tetap berpijak pada tradisi keilmuan Islam yang otentik dan utama.
Lebih jauh, sinergi antara pendidikan agama dan pendidikan umum menjadi keniscayaan, terutama dalam membentuk generasi yang holistik. Pendidikan agama tidak bisa dipisahkan dari sistem pendidikan nasional, melainkan harus menyatu untuk menjadi pilar utama yang menopang keberlangsungan pembangunan karakter bangsa. Dalam hal ini, PPG PAI menjadi bagian dari grand design revitalisasi pendidikan nasional yang tidak hanya berorientasi pada output akademik, tetapi juga pada kualitas moral dan kepribadian bangsa.
Momentum kelulusan PPG PAI Batch-1 2025 harus dijadikan titik awal bagi penguatan ekosistem pendidikan yang berbasis nilai. Guru PAI bukan hanya instruktur materi, namun juga pemimpin moral di ruang kelas dan lingkungan sosial. Dengan sertifikasi yang raih, diharapkan ia tidak sekadar menjadi legitimasi administratif, tetapi menjadi simbol tanggung jawab moral untuk membawa pencerahan di tengah tantangan pendidikan abad ke-21.
Peran Guru PAI dan Transformasi Profesionalisme Pasca-PPG
Dalam konteks penguatan moderasi beragama, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) juga memiliki peran sentral. PPG menjadi ruang strategis untuk menanamkan pemahaman keislaman yang rahmatan lil ‘alamin, yang menekankan pentingnya toleransi, keberagaman, dan cinta damai dalam praktik pembelajaran. Guru PAI yang profesional adalah mereka yang selalu siap menjalankan dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, dan kasih sayang universal yang terkandung dalam ajaran Islam. Hal ini penting untuk menjawab tantangan kehidupan berbangsa yang kian kompleks dan plural.
Selain itu, era teknologi dan disrupsi digital menuntut guru PAI untuk lebih adaptif. Pembelajaran tidak lagi hanya berlangsung di ruang kelas konvensional, bahkan juga harus menjangkau ruang-ruang digital dengan pendekatan yang interaktif dan kontekstual. PPG harus menjadi momentum memperkuat peserta di bidang keagamaan, dan mendorong integrasi teknologi dalam pembelajaran agama. Guru PAI dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan pesan-pesan keislaman melalui media sosial, platform digital, dan pendekatan visual yang menarik bagi generasi digital native.
Bahkan, tak kalah penting adalah kesadaran bahwa guru PAI merupakan garda terdepan dalam memerangi radikalisme, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Mereka tidak cukup hanya menjadi pengajar, melainkan pembentuk karakter yang menanamkan nilai cinta tanah air, hormat pada perbedaan, dan komitmen pada perdamaian. PPG harus mampu memberikan bekal metodologis dan ideologis, agar dapat menangkal ide-ide ekstrem yang mengancam integrasi bangsa dan keberagaman Indonesia.
Keberhasilan PPG PAI Batch-1 2025 tentu bukan titik akhir, melainkan titik tolak menuju kualitas pendidikan agama yang lebih baik dan relevan dengan zaman. Guru-guru PAI adalah pilar penting dalam membentuk generasi Indonesia yang cerdas secara intelektual, dan juga unggul secara spiritual. Dengan demikian, kesadaran mendidik sangat penting dihadirkan sebagai bagian dari ikhtiar kolektif untuk membangun Indonesia yang maju, beradab, dan berlandaskan nilai-nilai utama keislaman.
*) Muhammad Zaini, Guru Pendidikan Agama Islam, SD Negeri Candi Burung 2, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan.