Merdeka atau Mati, Riuh Kemerdekan dari Seluruh Penjuru Nusantara
*) Oleh Muhammad Zaini
Senin, 18 Agustus 2025 | 17.19 WIB | Refleksi
Riuh kemerdekaan dalam rangka HUT RI ke-80 benar-benar menjadi seremonial monumental yang membanggakan. Setiap instansi pemerintahan menggelar pekik kemerdekaan dengan penuh khidmat dan makna. Lapangan-lapangan terbuka menjelma menjadi pusat perayaan, tempat suara kemerdekaan digemakan sebagai ungkapan syukur yang tak terhingga. Ahad, 17 Agustus 2025, tercatat sebagai hari istimewa sekaligus momen bersejarah untuk mengenang jasa para pahlawan bangsa.
Seluruh lapisan masyarakat dari berbagai penjuru berbondong-bondong menuju lapangan untuk meneriakkan kemerdekaan. Menjadi bangsa merdeka sungguh anugerah istimewa yang tak ternilai harganya. Para pejuang terdahulu dengan gagah berani menumpahkan darah, mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan bumi pertiwi dari belenggu kolonial. Indonesia merdeka lahir dari mental baja para pejuang yang mengutamakan kedaulatan, kebebasan, dan martabat bangsa.
Hari Ahad yang biasanya identik dengan waktu istirahat, kali ini berubah menjadi lautan kegembiraan dan luapan rasa syukur. Setiap lapangan upacara menjadi magnet pekik kemerdekaan. Lagu-lagu kebangsaan menggema, menggetarkan sudut-sudut kampung, seakan mengingatkan bahwa darah para pahlawan tak boleh dilupakan. Kita, sebagai penerus bangsa, berkewajiban menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan sebagaimana dicita-citakan para penegak kemerdekaan.
Hal terpenting kini adalah membangun komitmen untuk merawat keberadaban bangsa yang menjunjung tinggi moral, martabat, dan kemajuan. Di era yang bebas dari cengkeraman kolonial, tidak boleh ada anak bangsa yang terabaikan, kehilangan keadaban, atau terhimpit kreativitas dan kebebasannya dalam berekspresi. Tanah air yang kita cintai harus menjadi bumi merdeka yang memberi ruang bagi setiap warganya untuk merasakan hakikat kebebasan sejati.
Perjuangan para proklamator harus terus mengalir sebagai energi dalam denyut kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan begitu, makna kemerdekaan tidak akan pernah terpisah dari nadi anak bangsa. Sebagai generasi penerus, kita tidak boleh mengkhianati panji-panji kemerdekaan, sebab kita sadar bahwa kemerdekaan lahir dari tekad dan keberanian serta peluh keringat para pejuang.
Salah satu pekikan Bung Karno yang paling membakar semangat adalah “Merdeka atau Mati”. Seruan itu menjadi pengingat bahwa api nasionalisme harus senantiasa menyala dalam diri setiap anak bangsa. Kemerdekaan adalah hak asasi yang tak ternilai sekaligus simbol harga diri bangsa. Kehidupan kehilangan makna jika kebebasan tergadai di tangan penjajah, bahkan menjadi nista bila manusia tak memiliki ruang untuk mengekspresikan dirinya secara utuh. Kini, tugas kita adalah mengisi kemerdekaan dengan karya nyata serta nilai-nilai positif yang menjunjung tinggi martabat bangsa, dengan keadaban dan kedaulatan.
Kemerdekaan bukan semata hadiah sejarah, melainkan amanah yang diwariskan kepada setiap generasi. Pada usia ke-80 tahun Indonesia merdeka, bangsa ini harus bercermin, apakah kemerdekaan telah menghadirkan keadilan sosial, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat? Pertanyaan itu harus senantiasa menggugah kesadaran, agar kemerdekaan tidak berhenti sebagai simbol, melainkan hadir sebagai kenyataan yang dirasakan di setiap pelosok negeri.
Momentum HUT RI ke-80 juga mesti menjadi ruang refleksi untuk memperkokoh persatuan di tengah keberagaman. Indonesia yang majemuk, dengan segala ragam budaya, bahasa, dan keyakinan, hanya akan berdiri tegak apabila seluruh elemen bangsa menjaga harmoni. Semangat gotong royong—yang dahulu menjadi senjata ampuh mengusir penjajah—harus terus dihidupkan dalam menghadapi tantangan globalisasi, persaingan ekonomi, hingga derasnya arus teknologi modern.
Lebih jauh lagi, kemerdekaan harus diterjemahkan dalam karya nyata. Generasi muda, yang tumbuh di era digital, memikul tanggung jawab besar untuk membawa Indonesia semakin berdaulat di berbagai bidang kehidupan. Dengan semangat inovasi yang berpadu dengan nasionalisme, bangsa ini akan melangkah lebih percaya diri menuju masa depan yang maju, berdaya saing, dan bermartabat.