Pola Asuh Orang Tua di Tengah Gelombang Digital dan AI


*) Oleh Muhammad Zaini
24 Mei 2025, 08.28 Wib. Artikel

Kemajuan teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengubah dinamika kehidupan modern, termasuk dalam praktik pola asuh orang tua. Di era digital ini, anak-anak tumbuh di tengah paparan teknologi sejak usia dini. Perangkat pintar, media sosial, dan sistem berbasis AI menjadi bagian dari keseharian mereka. Hal ini menuntut orang tua untuk menyesuaikan metode pengasuhan agar mampu mengarahkan anak memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

Pola asuh tradisional tidak lagi cukup untuk menjawab kompleksitas tantangan digital. Orang tua masa kini dituntut memiliki literasi digital, yaitu kemampuan memahami, menggunakan, dan mengevaluasi informasi serta teknologi digital. Tanpa pemahaman ini, orang tua berisiko mengalami kesenjangan pengetahuan dengan anak, yang dapat mengganggu hubungan dan efektivitas pengasuhan (Livingstone & Blum-Ross, 2020).

Selain literasi digital, orang tua juga harus memahami bagaimana AI memengaruhi kehidupan anak-anak. Teknologi AI kini digunakan dalam aplikasi pendidikan, permainan interaktif, hingga media sosial yang memanfaatkan algoritma untuk menyesuaikan konten. Meskipun teknologi ini menawarkan kemudahan dan hiburan, ada risiko paparan terhadap konten negatif, manipulasi data, serta keterbatasan kontrol diri anak (UNICEF, 2021).

Dalam konteks ini, pendekatan pengasuhan yang paling relevan adalah pola asuh demokratis. Orang tua tidak hanya memberi batasan, tetapi juga melibatkan anak dalam diskusi, memberi kepercayaan, serta membimbing mereka dalam membuat keputusan yang etis. Pola ini memperkuat hubungan emosional dan membangun kesadaran anak terhadap dampak dari perilaku digital mereka (Baumrind, 1991).

Tantangan besar lainnya adalah ketergantungan pada perangkat digital. Banyak anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial dan emosional. Dalam hal ini, orang tua perlu menetapkan aturan penggunaan teknologi, mendorong aktivitas fisik dan interaksi langsung, serta menjadi teladan dalam mengatur waktu layar (American Academy of Pediatrics, 2016).

Meski begitu, teknologi juga dapat menjadi alat bantu pengasuhan yang efektif. Orang tua dapat memanfaatkan aplikasi pengawasan anak, platform pembelajaran daring, dan forum digital untuk berdiskusi dengan sesama orang tua. Teknologi yang digunakan secara sadar dan bijak justru dapat mempererat relasi keluarga dan mendukung tumbuh kembang anak secara positif.

Dengan demikian, pola asuh orang tua di era digital dan AI menuntut kombinasi antara kesadaran teknologi, empati, keterlibatan aktif, dan komunikasi terbuka. Orang tua perlu menjadi figur panutan, bukan hanya dalam penggunaan teknologi, tetapi juga dalam menyampaikan nilai-nilai moral, sosial, dan kemanusiaan yang tidak dapat diajarkan oleh mesin.

Orang Tua sebagai Mitra Belajar di Era Digital

Di tengah transformasi digital yang pesat, peran orang tua sebagai fasilitator pembelajaran menjadi semakin penting. Anak-anak tidak lagi hanya memperoleh pengetahuan dari sekolah, tetapi juga dari internet dan media digital lainnya. Oleh karena itu, orang tua perlu hadir sebagai mitra belajar yang aktif, bukan hanya mengontrol, tetapi juga membimbing proses pencarian informasi secara kritis dan bertanggung jawab. Pendampingan ini tidak hanya membantu anak memilah informasi yang valid, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai etis dalam berinteraksi di ruang digital.

Komunikasi terbuka menjadi kunci penting dalam pola asuh digital. Anak-anak perlu merasa bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tua tentang apa pun yang mereka temui di dunia maya, baik hal positif maupun masalah seperti perundungan daring, penyebaran hoaks, atau paparan konten tidak pantas. Dengan membangun hubungan yang aman dan penuh kepercayaan, orang tua dapat menjadi tempat perlindungan sekaligus konsultan moral dalam menghadapi realitas digital yang kompleks.

Selain itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas digital sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan pengasuhan yang sehat. Pendidikan mengenai etika digital dan literasi AI seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga bagian dari kurikulum pendidikan formal dan kampanye sosial. Ketika seluruh ekosistem pendidikan bekerja sama, anak-anak akan tumbuh sebagai pribadi yang cakap digital, berintegritas, dan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan bijaksana.

Closing Statement

Di tengah gelombang digital dan kemajuan kecerdasan buatan, pola asuh orang tua dituntut untuk lebih adaptif, cerdas, dan empatik. Mengasuh anak bukan hanya tentang mengontrol akses terhadap teknologi, tetapi juga membentuk karakter dan nilai moral dalam penggunaannya. Dengan pendekatan yang tepat, era digital dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan keluarga sekaligus membentuk generasi masa depan yang tangguh secara emosional, sosial, dan intelektual.


*) Muhammad Zaini, Guru SD Negeri Candi Burung 2, Proppo.


Referensi: