Dedikasi Guru yang Tulus dan Penuh Makna

*) Oleh Muhammad Zaini
25 Nov 2025 12:30 WIB· Feature

Hari Guru Nasional (HGN) 2025 benar-benar menjadi momentum kenangan yang sangat berharga, bukan hanya sekadar peringatan seremonial, tetapi sebuah perayaan tulus atas dedikasi tanpa batas para pendidik di seluruh penjuru Indonesia. Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan tantangan zaman, jasa para guru selalu terukir dan tersemat dalam sanubari setiap siswa. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang ketulusannya menjadi cahaya yang menyinari masa depan anak bangsa. Lebih dari sekadar pentransfer ilmu, guru adalah arsitek peradaban, pembentuk karakter, dan pengawal moralitas siswa, memastikan setiap generasi tumbuh dengan bekal intelektual dan spiritual yang seimbang.


Semangat HGN 2025 kali ini di SD Negeri Candi Burung 2 terasa begitu kental dan menggugah. Sekolah yang terletak di jantung komunitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan ini menyelenggarakan upacara Hari Guru Nasional dengan nuansa yang berbeda, penuh gegap gempita dan makna mendalam. Sejak pagi buta, suasana di lapangan sekolah sudah dipenuhi aura kegembiraan yang tak biasa. Bendera Merah Putih berkibar gagah, dan balon-balon yang siap diterbangkan seolah ikut merayakan hari istimewa ini.


Puncak dari perayaan pagi itu adalah upacara bendera yang diselenggarakan dengan penuh khidmat. Namun, ada pemandangan yang menyentuh hati dan menjadi inti dari keunikan perayaan di SD Negeri Candi Burung 2. Seluruh personil upacara, mulai dari pengibar bendera, pembaca teks Pancasila, hingga komandan upacara, adalah para guru. Mereka, yang biasanya berdiri di barisan belakang mengawasi siswa, kini berdiri tegak di posisi-posisi sentral, menjalankan tugas layaknya siswa saat bertugas upacara pada setiap hari Senin. Momen ini secara simbolis membalik peran, mengingatkan semua yang hadir bahwa di balik peran pendidik yang tegas, ada jiwa yang selalu siap belajar dan melayani.


Bertindak sebagai Pembina Upacara adalah Kepala Sekolah yang dihormati, Bapak Setyo Wahyudi, S.Pd.SD. Dengan suara yang bergetar menahan haru, beliau menyampaikan amanah upacara yang bukan sekadar pidato formal, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang makna profesi guru. Beliau menekankan bahwa guru harus menjadi teladan terdepan. “Kita semua di sini,” ujar Bapak Setyo, suaranya memecah keheningan, adalah lentera yang harus terus menyala, bahkan di tengah badai. Tugas kita bukan hanya mengisi wadah, tetapi menyalakan api. Lihatlah mata-mata polos di hadapan kita. Di sanalah tersemat harapan orang tua, cita-cita bangsa, dan masa depan Indonesia. Kita adalah penentu arah mereka. 


Amanah tersebut tidak hanya menyentuh hati para guru yang berdiri di barisan, tetapi juga para siswa yang mendengarkan dengan saksama. Mereka melihat guru-guru mereka dalam peran yang berbeda, sebuah visualisasi nyata dari kerendahan hati dan totalitas pengabdian.  Setelah upacara usai, momen yang paling dinanti pun tiba: Penerbangan Balon Cita-Cita. Ratusan balon berwarna-warni, yang telah disiapkan oleh siswa dan diikatkan pada secarik kertas berisi harapan dan impian mereka, dibawa ke tengah lapangan. Dalam hitungan mundur yang dipimpin oleh Bapak Kepala Sekolah, ratusan tangan mungil melepaskan ikatan. Balon-balon itu melesat ke angkasa, menciptakan pemandangan spektakuler yang memukau.


Penerbangan balon ini bukan sekadar atraksi visual, melainkan sebuah ilustrasi filosofis yang kuat: cita-cita harus melangit, seperti balon yang terbang ke angkasa setinggi angin membawanya. Angin di sini adalah metafora dari ilmu, bimbingan, dan karakter yang ditanamkan oleh para guru. Semakin kuat bekal yang diberikan, semakin tinggi dan jauh cita-cita itu akan terbang. Siswa-siswa bersorak gembira, mata mereka mengikuti titik-titik warna yang perlahan menghilang di cakrawala, membawa serta janji masa depan yang cerah.


Momen pelepasan balon ini menjadi penutup yang sempurna untuk rangkaian acara. Harmoni antar guru dan siswa yang selama ini sudah terjalin erat, kini terasa seperti ada penyegaran dan terajut lebih hangat. Batasan formal antara pendidik dan siswa sejenak melebur dalam suasana kekeluargaan yang mendalam. Para guru merasa dihargai, dan para siswa merasa lebih dekat dengan sosok-sosok inspiratif mereka.


Hari Guru Nasional di SD Negeri Candi Burung 2 tahun 2025 ini sungguh menjadi kenangan yang indah dan menggugah. Ia mengajarkan bahwa perayaan terbaik bagi seorang guru bukanlah hadiah mewah, melainkan pengakuan tulus atas peran vital mereka dalam membentuk masa depan. Perayaan ini adalah janji yang diperbarui: janji para guru untuk terus mengabdi dengan hati, dan janji para siswa untuk membawa cita-cita mereka melangit, didorong oleh semangat dan ilmu yang telah ditanamkan oleh guru-guru mereka. 


Semangat gegap gempita dan harmoni melangit itu akan terus menjadi inspirasi bagi seluruh komunitas sekolah, menegaskan kembali bahwa guru adalah jantung pendidikan, dan pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa.

*) Muhammad Zaini, Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri Candi Burung 2, Proppo, Pamekasan.